Nikmatnya menjadi Kupu-Kupu Malam

Terasa berada diujung akhir perjalanan perkuliahan yang hampir 2 tahun saya jalani. Berkutat dengan wawasan, gagasan di Universitas Islam Negeri UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merupakan suatu pengalman yang unik. Begitu beda dengan suasana yang yang saya jalani ketika menempuh gelar akademik S-2 di UIN Antasari Banjarmasin.

Rasanya, bertemu banyak orang dari latar belakang yang berbeda untuk pertama kali begitu mengejutkan. Hmm.. Mungkin namanya Culture Shock. Menyadari berada didalam satu ruangan heterogen membuat diri ini cukup kewalahan menyesuaikan diri, hendaknya hanya menjadi Kupu2 (Kuliah-Pulang) saja selama berkuliah. Namun ternyata memang tidak cukup untuk memenuhi niat awal pergi merantau ke pulau seberang (Kalsel > Yogyakarta) hanya dengan menjadi mahasiswa Kupu2, ternyata harus lebih dari itu yaitu menjadi Kupu2 Malam.

Pergi pagi (dari Klaten, Jawa Tengah) ke kampus tiba sekitar pukul 7.30 WIB. Menuntaskan sesi belajar hingga sore -biasanya- jam 16:00 pulang (dari Jogja ke Klaten). Terkadang, saya melewati waktu sore untuk berkegiatan di Yogyakarta, entah karena ada even kajian, kegiatan penunjang yang berujung saya harus pulang sekitar pukul 19.30 atau pukul 20.30. Tentu sampai rumah lebih lama karena jarak tempuh transportasi umum yang saya naiki butuh waktu lebih kurang 60 Menit. Ketika saya berangkat dari Jogja pukul 20.30, sampe Klaten sekitar pukul 21.30 lebih. Lelah ? tidak dapat dipungkiri karena inilah bagian hidup yang dijalani.

Sekarang, tinggal menunggu hitungan hari, saya akan menempuh ujian munaqasyah sebagai uji kelayakan akademik ditinjau dari kemampuan membuat karya tulis ilmiah (Tesis). Saya hampir tidak berhenti cemas, pasalnya, tesis yang saya buat bukanlah bidang yang selama ini saya tekuni berakibat pada waktu yang saya gunakan lebih banyak habis untuk memahami pondasi (teoritis) tesis. Sulit ? Pada awalnya memang sulit, namun setelah dijalani ternyata menyenangkan dan memusingkan. Menyenangkan bahwa ada hal baru yang dapat saya pelajari, saya kaji, dan hingga bunga tidur terwarnai. Memusingkan juga bagian dari proses yang membuat diri ini semakin grow up menuju kualitas mahasiswa dengan gelar akademik M.Pd (Magister -terlalu- Percaya diri).


Saya jalani kondisi yang ada dengan rasa syukur dan menikmatinya dengan penuh senyuman bahwa inilah jalan yang ditempuh para Sarjana yang berjuang menuntaskan dan meraih gelar Magister. Tidak banyak orang yang dapat menapaki jalan ini, banyak faktor yang melatar belakangi. Saya termasuk orang yang bersyukur kepada Allah telah mendapatkan kesempatan ini. Semoga ini menjadi jalan yang terbaik untuk saya lewati. Saya harus terus berjuang, ada senyum yang harus saya halalin. Hee

Komentar