Menghadapi Tantangan Kolaborasi dalam Pendidikan Ngobrol Publik -Yogyakarta



Tentang Ngobrol Publik Yogyakarta
Tema : Menghadapi Tantangan Kolaborasi dalam Pendidikan
Pembicara :
📢Nurul Jamilah (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia [AIMI] DIY)
📢Desi Rahmawaty (Rumah Baca Anak Lereng Merapi)
📢Arifah Suryaningsih (Ikatan Guru Indonesia [IGI] DIY)
📢Sumarni DW (Dept. Psikiatri FKKMK UGM)
📢Najelaa Shihab (Semua Murid Semua Guru)
Waktu : Kamis, 16 Agustus 2018, 13:30-15:30 WIB
Lokasi : Aula Abdullah Sigit, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
Penyelenggara : Jaringan komunitas Semua Murid Semua Guru



Yogyakarta, 16 Agustus 2018 – Perubahan dalam pendidikan diupayakan oleh berbagai komunitas dan organisasi akar rumput melalui program-program unggulan mereka. Namun, perubahan yang lebih cepat dan bermakna hanya dapat diwujudkan melalui upaya kerja barengan; kolaborasi. Semua Murid Semua Guru (SMSG) mengajak perwakilan dari Ikatan Guru Indonesia (IGI), Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Rumah Baca Anak Lereng Merapi (RBALM), dan Departemen Psikiatri FKKMK UGM untuk berdiskusi mengenai program-program kolaboratif yang pernah dilakukan, serta mengulas tantangan yang terjadi dan bagaimana kiat menghadapinya.


Sebelum memulai diskusi, masing-masing pembicara melakukan perkenalan dengan memaparkan program-program dalam komunitas dan organisasi mereka, serta bagaimana program dapat berhasil melalui kolaborasi dengan pihak lain. Diskusi lalu diawali Najelaa Shihab, sebagai salah satu penggagas Semua Murid Semua Guru, dengan pengalaman beliau bekerja bersama berbagai pemangku kepentingan pendidikan; pemerintah, guru dan sekolah, komunitas dan organisasi, serta pihak swasta. Beliau menemukan bahwa setiap pemangku kepentingan terkadang merasa bekerja sendirian; bahwa mereka menjadi pihak yang disalahkan atas kondisi pendidikan yang ada. Pemahaman yang dapat diatasi dengan upaya-upaya kolaborasi.


Pernyataan tersebut segera diamini oleh Arifah Suryaningsih, SpD, MBA. Sebagai guru SMK dan pengurus IGI DIY, beliau merasakan langsung bagaimana kolaborasi di antara guru dengan berbagai pihak lain; baik orang tua (dalam proses belajar anak), pihak swasta (dalam menyukseskan program-program IGI), pemerintah (dalam mendorong perubahan yang lebih besar), serta media (dalam membuat gaung yang lebih besar), telah memungkinkan hasil yang


lebih baik dari yang diharapkan. Namun dalam memulai dan menjalankan kolaborasi memang membutuhkan kerja keras tersendiri.


Hal yang sama dirasakan juga oleh Nurul Jamilah, ketua AIMI DIY, bahwa berbagai manfaat dapat diraih dalam program-program kolaboratif AIMI selama ini. Nurul mengalami sendiri bahwa kolaborasi mendorong efisiensi dalam mencapai tujuan bersama. Lebih lanjut, beliau menambahkan kiat-kiat yang dapat dilakukan dalam menjalani kolaborasi; antara lain (1) mengenali potensi calon mitra, (2) membuka jalur komunikasi, baik formal maupun non-formal, serta (3) bersama-sama merumuskan program kolaboratif. Saat perumusan program sudah dilakukan, akan terasa bahwa kolaborasi menjadi satu-satunya cara untuk mencapai tujuan bersama.


Cerita Dr. Dra. Sumarni DW, M.Kes, dalam program-program yang dilakukannya bersama tim Pengabdian Masyarakat Dept. Psikiatri FKKMK UGM menunjukkan bahwa dengan semakin banyak pihak yang berkolaborasi dengan tujuan yang sama, maka akan semakin mudah tantangan diatasi. Tidak hanya itu, kolaborasi juga memungkinkan manfaat program dirasakan secara berkelanjutan. Salah satu contohnya terlihat dari program pemberdayaan kesehatan anak dan remaja yang dilakukannya memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dan berjalan secara jangka panjang akibat dari kolaborasi yang dilakukannya dengan guru dan orang tua. Pemetaan pihak-pihak yang terkait menjadi factor yang penting dalam keberhasilan program.

Pengalaman lain diungkapkan oleh Desi Rahmawaty sebagai salah satu pendiri RBALM; yang juga menemukan bahwa terkadang, yang menjadi salah satu tantangan kolaborasi adalah ketimpangan peran di antara masing-masing pihak. Bahkan lebih jauh lagi, ada saja pihak-pihak yang menawarkan kolaborasi tetapi malah memanfaatkannya untuk kepentingan sendiri, atau kontribusinya tidak sebesar apa yang diceritakannya ke pihak lain atau media sosial. Dalam menghadapi mitra yang demikian, beliau kembali ke prinsip untuk tetap setia pada proses dan mengindahkan hal-hal lain, selama anak-anak RBALM mendapatkan manfaat dari kolaborasi yang terjadi.


Diskusi ditutup dengan beberapa kesimpulan, antara lain: dalam memulai kolaborasi, perlu dilakukan pemetaan kapasitas diri dan mitra, lalu membagi peran yang jelas sesuai dengan kapabilitas masing-masing. Kolaborasi harus dilakukan dalam komunikasi yang erat, baik dalam jalur formal dan non-formal. Selalu persisten pada tujuan, bukan pada cara dan asah kreativitas dalam menemukan solusi; terkadang dinding yang menghalangi jangan ditabrak namun diputari. Selalu memberdayakan semua pelaku dan peran, sehingga manfaat dapat dirasakan secara merata. Dengan memiliki tujuan jangka panjang kerap membantu upaya untuk memantapkan niat untuk meredam ego pribadi.


Gawat darurat pendidikan berarti juga ruang yang besar bagi para pegiat dan pelaku pendidikan untuk berkarya dan berkontribusi. Saat semakin memahami kompleksitas masalah yang dihadapi, maka makin sadar bahwa kolaborasi harus selalu diupayakan.

Website: www.semuamuridsemuaguru.id

Komentar