Cinta Permen Karet >_>

Bicara tentang cinta, bicara masa lalu, masa kini dan masa depan benar begitu karena cinta hadir waktu dulu, sekarang dan nanti.

Menarik perihal cinta, karena cinta digandrungi oleh para remaja hingga dewasa, dan cinta dikalangan para remaja bagai virus yg sangat cepat menyebar, dan jika virus itu tidak terkendali/ out of control, maka cinta akan melewati batas-batas manusia bermoral dan beretika.

Sebagai manusia sudah sepatutnya kita mempunyai moral dan etika, karena 2 hal tersebut yang akan membuat pandangan masyarakat terhadap individu sebagai manusia yg baik.
>"< ,,, udah , udah, kembali ke judul ^_^ ↓↓↓

Seorang remaja dewasa ini ketika penulis masih hidup dan bisa membuat catatan ini melihat perilaku dari percintaan remaja tu sebagaimana "Cinta permen karet". Kita ketahui bahwa permen karet itu pada awalnya manis dirasa, kenyal-kenyal dikunyah namun tidak berlangsung lama permen karet tersebut mulai hambar, dan ketika sudah hambar penulis merasakan rasa yg kurang enak bahkan hampir-hampir mau muntah. Itu adalah penjelasan yang diambil dari kesimpulan eksperimen dan pengalaman penulis tentang "permen karet". Adapun cinta, penulis yakin yang membaca sudah tau apa artinya dan juga pasti pernah merasakan yang namanya cinta.

Cinta permen karet yg penulis berfikir santai untuk merangkai kata tersebut didapati dari gagasan yg namanya "pacaran". Iya, jika dalam bahasa indonesia "pacar", maka dalam bahasa saya adalah "Cinta permen karet".

Dari sekian banyaknya orang yg pacaran, kita ketahui mereka katanya suka saling suka, walaupun biasanya rasa suka diantara mereka itu sebelumnya tumbuh dari salah satu dari mereka berdua. Dan yg rasa sukanya tumbuh pertama kali terhadap orang lain itulah yang memberanikan diri untuk mendekati orang yg dia suka, sehingga orang yang dia sukai tersebut juga menyukai dia(yg pertama suka). Setelah mereka suka sama suka lalu orang yang pertama kali suka menembak(mengungkapkan rasa) kepada orang yg dia suka untuk dijadikan "pacar", lalu ketika yang ditembak mengiyakanya maka secara psikologis yg penulis amati ada terjalin relation emotional. Hal inilah yang kisah awal, tengah dan akhirnya menjadi "Cinta permen karet".

Demikian secarcik catatan, salah atau khilaf mohon maaf. Saya ucapkan jazakumullah khairan katsiran atas perhatiannya. :-)

Komentar